I Am Rising Up

Cheney Meaghan is a single mom and writer from Connecticut trying to make a living with her words. You can be awesome by clicking here to sign up for her bi-monthly email newsletter.

Smartphone

独家优惠奖金 100% 高达 1 BTC + 180 免费旋转




Scottie Pippen on a Mixtape

90an dan Chicago Bulls dan NBA selamanya akan menjadi milik Michael Jordan. Semua mata tertuju. Semua cahaya tumpah ruah. Pada kostum nomor 23. “EVERYBODY WANTS TO BE LIKE MIKE”.Gerak-geriknya saat mendribel bola, mengatur serangan, melompat, menerobos lawan. Lidahnya yang menjulur keluar. Jordan yang memimpin Bulls dalam setiap pertandingan, menjadi penentu kemenangan. Berkali-kali membawa timnya juara. Jordan juga juara kontes slam dunk, berkali-kali MVP, berlaga di olimpiade bersama jagoan lain di Dream Team. Jordan yang punya merk sepatu, yang jadi bintang iklan, bintang film, sampai kemudian dibuatkan patung. Idola semua. Tapi Scottie Pippen?

Pippen selalu ada disamping Jordan. Ketika Chicago Bulls juara NBA selama tiga kali berturut-turut pada tahun 1991 sampai 1993, yang disebut dengan istilah three-peat, dan kemudian mengulang kesuksesan yang sama di tahun 1996 sampai 1998, Pippen dan Jordan tidak terpisahkan membawa Bulls juara. Mereka berselebrasi mengangkat piala yang sama. Pippen juga masuk dalam The Dream Team, pernah juga mendapatkan MVP meski hanya di pertandingan All Star Game. Tapi Pippen tidak punya trademark superstar, tidak lidah yang menjulur, gaya jump shoot, juara slam dunk, tidak punya merk sepatu sendiri, ataupun jadi bintang apa-apa. Tidak patung, ataupun idola dunia. Pippen selalu dianggap hanya sekedar dan selalu menjadi bayang-bayang Jordan.

Kesempatan untuk menjadi bintang pernah datang, sebenarnya, ketika pada tahun 1994 Jordan pensiun dari basket, dan NBA seperti kehilangan jimatnya. Sepanjang musim itu Pippen memimpin Bulls. Lalu momen itu datang pada 13 Mei 1994. Ketika itu Chicago Bulls bertemu New York Knicks dalam perempat final wilayah timur. Dalam pertemuan dengan Knicks pada game ke 3, yang sebelumnya selalu dilindas Bulls untuk menuju ke final, Pippen berkesempatan untuk menjadi penentu kemenangan. Dan mungkin sekali dijadikan pahlawan. Jelang akhir pertandingan skor Bulls dan Knicks sama-sama 102, dan disisa waktu tinggal hanya 1,8 detik lagi Bulls meminta time out, sehingga waktu pun berhenti. Dalam kondisi seperti ini ketika ada Jordan skenarionya sudah pasti. Bola akan diberi pada Jordan, dan entah bagaimana caranya, seolah hampir tidak mungkin, Jordan akan berhasil memasukan bola ke keranjang dan menang. Penonton yang tadinya menghela nafas pun kemudian sontak bersorak ketika bola masuk. Lalu Jordan akan diarak oleh para rekannya sebagai pahlawan. Tapi pada tahun 1994, ketika melawan Knicks itu, di waktu yang tinggal 1,8 detik itu, selepas time out Pippen malah diperintah untuk duduk di bangku cadangan. Momen kemenangan itu, yang bisa membuatnya menjadi pahlawan, sirna seketika. Bulls memang menang malam itu melawan Knicks. Tapi bukan Pippen yang jadi pahlawan, dan di tahun itupun Bulls tidak sampai ke final NBA apalagi juara.

Tapi di dunia ini Pippen tidak sendiri.

Dalam dunia seni contohnya ada Theo. Selama ini semua mengenal Vincent Van Gogh, tapi tidak dengan Theo van Gogh. Padahal tanpa adiknya itu mustahil Vincent bisa menjadi pelukis yang dikenal dunia sekarang. Selain sebagai penjual seni yang ikut mempromosikan Vincent, bisnis Theo dalam seni memperkaya khazanah perkembangan lukisan Vicent dari waktu ke waktu. Theo juga sekaligus menjadi rekan diskusi Vincent. Dan dalam sebagian besar karirnya sebagai pelukis, Theo mendukung Vincent tidak hanya secara finansial tapi juga secara mental dan personal melalui ribuan lembar surat yang saling mereka kirimkan. Bahkan saking dekatnya hubungan mereka setelah kematian Vincent karena bunuh diri, Theo mulai sakit-sakitan dan akhirnya meninggal tujuh bulan kemudian. Pusara mereka pun bersebelahan. Tapi hanya Vincent seorang yang kemudian jadi pelukis terkenal, bintang yang bersinar.

Dalam dunia kajian sosial ada juga contoh Pippen lainnya, yaitu Frederich Engels. Bersama rekannya Engels menulis berbagai judul buku, diantaranya The Condition of the Working Class in England, lalu The Communis Manifest. Dan berkat persahabatannya dengan sang rekannya itu Engels kemudian memberi dukungan finansial baginya. Selama belasan tahun. Sampai akhirnya rekannya itu bisa menuliskan buku berjudul Das Kapital. Dan kemudian menjadi terkenal bahkan hingga sekarang, bahkan ditasbihkan sebagai nabi kaum proletar, bapak antropologi, pemikir revolusioner, filsuf terkenal sepanjang masa, dan sebutan-sebutan lainnya. Rekan Engles itu adalah Karl Marx. Tanpa Engels mustahil Marx akan menjadi Marx yang dikenal dunia saat ini.

Begitu juga Pippen, meski tidak sebersinar Jordan, tapi saya percaya Jordan tidak akan setenar sekarang atau mencapai puncak penampilannya sebagai seorang superstar tanpa ada Pippen. Yang tidak hanya selalu bersamamu dari waktu ke waktu, tapi juga ada untuk selalu diandalkan. Yang selalu mendukungmu apapun yang terjadi, juga seperti apapun kurva kehidupan yang dijalani. Rekan yang yakin kamu bisa, bahkan percaya kalau kamu lebih baik dari yang kamu kira.

Dan, jika dalam hari-hari yang terus berlipat, menggulungmu, kamu lebih mirip Pippen ketimbang Jordan, itu tidak masalah. Karena tidak semua orang harus menjadi jalan raya, jadi saja jalan setapak, tapi jalan setapak yang mengantarkan ke mata air* dan memang hanya jalan setapak jualah yang setia untuk membawa pendaki menuju puncak.**

Tidak dicatat dalam sejarah. Bukan pahlawan atau jagoan. Bukan berarti tidak ada atau tidak berarti apa-apa. Cukup untuk bagi Pippen dalam diri saya mengatakan: saya bahagia ada disana waktu itu denganmu. Karena jika saja saya tidak disana waktu itu, maka keadaannya akan berbeda. "I’M THE ONE WHO HAND YOU THE BALL".

Cukup lama bagi saya untuk menentukan daftar lagu yang berjumlah sama dengan nomor punggung yang digunakan Pippen. Tapi saya berusaha sejujurnya bahwa lagu-lagu ini sungguh-sungguh berarti Pippen bagi saya. Yang tidak hanya selalu bersamamu dari waktu ke waktu, tapi juga ada untuk selalu diandalkan. Yang selalu mendukungmu apapun yang terjadi, juga seperti apapun kurva kehidupan yang dijalani. Rekan yang yakin kamu bisa, bahkan percaya kalau kamu lebih baik dari yang kamu kira.

Kebanyakan band atau penyanyi dalam mixtape ini sudah dikenal, tapi lagu-lagu yang dipilih bukanlah lagu yang populer atau hit single dari sebuah rilisan, melainkan lagu-lagu, yang seperti juga Pippen, kurang mendapat sorotan. Lagu-lagu yang bisa jadi memiliki atau tidak memiliki alasan yang jelas, tapi kamu benar-benar menyukainya. Lagu-lagu yang memiliki kekuatan terpendam, yang justru terasa lebih mengena dan berarti bagimu. Karenanya dalam membuat mixtape selalu terasa sangat personal.

Saya yakin kalian juga punya lagu-lagu Pippen sendiri, yang kalian sangat jagokan tapi tidak banyak dikenal orang. Do share it, please, and let me know. Atau adakah lagu Pippenku yang jadi lagu Pippenmu?

Selamat menyimak!

*disadur dari puisi karya Iwan Abdurahman

**disadur dari puisi karya Sitor Sitomurang

Add a comment

Related posts:

The Psychology of Fellatio

It took me a startlingly long time to learn that giving a blowjob could be as pleasurable for the woman giving it as it is for me. I think most men tend to feel the same and it’s no wonder why, there…

5 Pertanyaan Mendasar tentang Montessori

Sekilas begitu tentang konsep dasar Montessori yang saya pahami. Konsep dasar ini bisa diterapkan secara holistik di rumah atau di sekolah. Atau, seperti kebanyakan yang kini sedang tren, diterapkan…

They know it all

They shared time heals everything. “They know it all” is published by Francine Fallara in Blue Insights.